“Hey,kau percaya vampire ?” tanyaku
kepada seorang pria tinggi disebelahku. “Oh ayolah, kenapa kau selalu berhayal
yang aneh-aneh,tentu saja vampire itu tidak ada.” Balas Wade kepadaku,mata nya
yang berwarna biru terang itu terlihat mengantuk dengan mata setengah terbuka.
“Tetapi jika vampire tidak ada, kenapa mereka membangun museum ini ?” tanyaku
kembali padanya. “Paling akal-akalan pemerintah untuk menambah defisa
pariwisata” katanya kembali sambil menguap untuk yang kesekian kalinya. Ya, itu
hal yang wajar, mengingat ini sudah mendekati tengah malam, tetapi aku sendiri
tak mengantuk, aku terus memikir kan bagaimana jika sekawanan vampire menerkam
kami saat kami tertidur disini,ya.. disebuah museum bernama ‘Musee Des
Vampires’ yang berada di tengah derah Les Lilas,Perancis.Ah benar
juga, namaku James, seorang mahasiswa yang hampir menyelesaikan kuliahnya, dan
pria tinggi disebelahku ini bernama Wade, teman sekost ku, kami berdua sudah
sangat akrab dari kecil. Dan sekarang kami terjebak di museum yang katanya
mengoleksi berbagai macam hal tentang sang legenda horor Drakula atau yang
lebih dikenal dengan nama Vampire.
“Ah sial, kalau begini terus bisa-bisa aku terjaga semalaman” gerutu ku
sambil mengarahkan senter untuk melihat keadaan sekelling. “Jika kau takut
sampai tidak bisa tidur, kenapa kau harus memilih pekerjaan sambilan tengah
malam di tempat horor seperti ini ?” balas Wade yang ikut kesal saking
ngantuknya. “Hey, dari mana kau tau aku takut ? aku tidak takut sama sekali !”.
“Haah… Pemberani mana lagi yang kakinya gemetar saat berjalan ?” ucap nya
santai. Sial, aku tidak tau kenapa dia selalu terlihat mengetahui semuanya,
memang semua yang melihat Wade pasti akan berpikir dia anak yang pintar, dia
tidak pernah tertarik dengan pelajaran, tetapi pengetahuan nya itu luas sekali
! “Ma, mana ku tau kalau kita harus berjaga pada tengah malam, di koran hanya
tertulis kita bisa mendapat gaji yang lumayan hanya untuk menjaga sebuah
museum.” Ujarku untuk membela diri. “Dan ini semua hanya untuk membeli konsol
game terbaru yang kamu ingin kan bukan ?” ucapnya semakin menyudutkanku. “ Hey!
Itu game untuk bersama ! lagi pula kau juga akan memainkanya” ujarku berusaha
memberikan pembelaan terakhir. “…….. yah itu memang benar, hahahaha” ujar nya
sedikit tertawa. Aku cukup terkejut, tidak biasa nya aku yg menang berdebat
denganya, yah sepintar apapun dia, tetap saja pria menyukai game. Terkadang aku
heran, mengapa kami bisa selalu bersama, padahal selalu berbedebat tentang
apapun. Yah mungkin itu memang sudah takdirnya.
Kami sudah menelusuri sebagian besar museum ini, karena berbentuk
kastil,tentu saja tempat ini benar-benar luas. “Aku heran, mengapa tempat
seluas ini tidak dijaga banyak orang ?” tanya ku kembali agar memecah
keheningan. “Yaah hanya sedikit orang yang ingin menjaga tempat seperti
ini,kecuali.. orang nekat yang ingin membeli game barunya..”. “Cukup, sekali
lagi kau membahas itu, game itu akan kumainkan sendiri” ujar ku sedikit kesal.
“Siap bos” ujar nya tertawa, menikmati ledekanya kepadaku. “ Tapi, tempat ini
benar-benar memiliki berbagai macam benda ya, senjata..buku.. dan.. penangkal
vampire ? hey dari mana mereka mendapat kan barang-barang seperti ini ?”. “
Mana kutau” kataku tidak peduli, tapi tiba-tiba perhatian ku teralih kepada
sebuah lukisan besar di dinding sebelah kami, aku terdiam mencoba memperhatikan
lukisan tersebut. “Hey, ada apa ?” tanya Wade kepadaku. “Aku tak tau kenapa,
dan mungkin ini sedikit gila, tapi sepertinya lukisan ini menatap ku dari
tadi.”
Lukisan besar ini bergambar kan pria berwajah pucat dan menggunakan pakaian
serta jubah serba hitam. Pikiran ku kembali kepada bayangan-bayangan tentang
vampire yang akan menyerang kami, menghisap darah kami, dan membunuh kami.
“Yup, ini vampire.” Ujar ku sambil masih menatap lukisan tersebut. “Lalu kenapa
dengan vampire ? ayolah masih banyak tempat yang harus kita periksa”. “Ya
baiklah, ayo kita pergi” ujarku berusaha melupakan bayangan-bayangan tadi,
Berharap itu bukanlah bertanda buruk. Kami kemudian melanjutkan perjalanan ke
sebuah lorong kecil yang benar-benar gelap. Lalu kami mulai memasuki bagian
belakang dari kastil ini. “Hei lihat patung ini” ujar ku memegang-megang patung
vampire koleksi museum. “Tunggu, hentikan itu, kau akan merusak patung nya”
Ujar Wade mendekati ku untuk menghentikanku. “Oh ayolah, hal apa yang mungkin
terjadi hanya karena memegang sebuah patung” ujar ku sok tau. Tapi karma memang
berlaku, tak sengaja tanganku menekan sesuatu dibagian dada patung vampire itu.
Tiba-tiba bagian lantai bawah kami bergerak menjauh menjadi lobang yang sedikit
menyamping. Dan tentu saja, kami jatuh kebawahnya.
“aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!” Teriak kami berdua merosot menurun
kebawah dengan sangat cepat, lorong itu berbelok belok tidak karuan sehingga
membuat ku cukup pusing. Sampai akhirnya kami jatuh ke sebuah lantai yang
sepertinya lantai bawah tanah dalam film-film. “Aaaaw! Dan inilah satu lagi
alasan mengapa kau harus menuruti nasehat ku” ujar Wade sambil jatuh terduduk
di sebelah ku. Kami meilhat sekeliling,kami berada disebuah lorong yang cukup
lebar,disini tempat yang berdebu dan banyak jaring laba-laba serta berbagai
hiasan baju zirah ksatria dan beberapa obor yang menyala di bagian kiri
dan kanan nya. “Benar-benar seperti lorong di film-film horor !” kata ku sambil
masih shock dengan berbagai persitiwa yang kami alami. “Ini memang sudah
horor.” Ujar Wade sambil bangkit berdiri, “ Dan berdoalah semoga hal-hal buruk
di film mu tidak terjadi kepada kita” tambahnya.
Kami berdua menyelusuri lorong tersebut, berusaha mencari jalan kembali ke
atas. “Disini benar-benar gelap” ujar ku sambil meraba-raba bagian celana ku
mencari senter kami tadi. “Ah gawat!” tambah ku terkejut setelah mengetahui
senter yang kubawa ternyata tidak mau menyala. “Sepertinya itu rusak karena
benturan jatuh tadi.” Kata Wade sambil mengambil 2 obor api di dinding dan
menyalakanya dengan api obor lain yang menyala. “Ini, amil satu untuk menambah
penerangan” katanya padaku. Kami terus berjalan cukup jauh menelusuri lorong,
sampai akhirnya Wade menyuruh ku berhenti sambil berkata “ Ssssst, diam
sebentar “. “ Ada apa ?” tanya ku pelan. “Aku mendengar suara, tidak jauh dari
sini.” Katanya dengan suara pelan. “Mungkin saja ada orang yang bisa membantu
kita keluar dari tempat ini” tambahnya. “Atau mungkin ada vampire yang bisa menemukan
makan malamnya di sini” balas ku sambil ketakutan. Kami mulai berjalan
perlahan-lahan mendekati sumber suara itu, “ada cahaya!” kata Wade semakin
cepat berjalan. Ternyata asal cahaya itu berasal dari sebuah pintu ruangan
besar yang sedikit terbuka. Kami mengintip dari celah kecil pintu itu, dan saat
itu lah Wade berkata “ Doa mu tidak terkabul, bagian terburuk film horor itu
menimpa kita.”
Didalam ruangan itu dipenuhi oleh obor, terdapat meja tulis, dan
barang-barang lainya. Tetapi semua perhatian kami tertuju pada satu barang,
peti mati hitam dan disenderkan berdiri disebelah meja tulis tersebut. “ Kita
harus bagaimana ?” bisik ku kepada Wade. “Kita coba masuk, siapa tau ada peta
jalan keluar dari tempat ini”. Aku mulai berpikir pria ini sudah gila, sudah
jelas bahwa didalam rungan itu terdapat vampire, tetapi tepat sebelum aku mau
mengehentikan nya, Wade telah memasuki ruangan itu lebih dulu. “Mungkin di meja
ini terdapat peta buat jalan keluar” katanya dengan santai. Sedangkan aku tidak
mempedulikanya sama sekali, perhatian ku terus tertuju pada peti mati itu.
“Dari pada kamu diam bengong, lebih baik kamu membantu ku mencari sesuatu yang
bisa membawa kita keluar dari tempat ini.” Kata Wade dengan sedikit kesal
padaku. Aku benar-benar tidak percaya seberapa bodoh nya aku saat itu, mungkin
karena terburu-buru mencari sambil ketakutan, aku tidak sengaja menjatuhkan
botol tinta hingga pecah. Dan saat itu lah semua dimulai,ya.. saat pintu peti
itu terbuka dengan perlahan.
“Wa..wa..wade ! pintu itu terbuka! Terbuka sendiri! “ terlihat tangan putih
pucat berukuku panjang membuka pintu itu,aku langsung mengambil langkah mundur,
sementara Wade dengan terburu buru terus mencari peta di atas meja itu.
“Ketemu! Ini dia peta nya ! “ katanya girang. “Wade! Dibelakang mu !”
teriak ku kepadanya.Wade melihat kebelakang, pintu itu kini
telah terbuka sepenuhnya, sesosok pria tinggi berjubah hitam yang sama seperti
lukisan besar yang kutemukan di bagian museum tadi mulai keluar dari peti
tersebut. Wade berlari menyusul ku sambil membawa peta yang ditemukan nya.
“Sekarang aku mengerti, mengapa hanya sedikit orang yang mau mengambil
pekerjaan ini”. Ujarku.
“Dia mengejar kita ! “ kata ku sambil berlari bersama dengan Wade.
Sedangkan dia berusaha berlari sambil membaca peta tersebut. “Sial, James!
Alihkan perhatianya, mungkin aku bisa menemukan sesuatu untuk mengeluarkan kita
dari kekacauan ini !” seru Wade sembari membaca peta. “Kau gila ! kau pikir aku
dirimu ? “ teriak ku. Kami terus berlari menyelusuri lorong. “ Sial Ini jalan
buntu ! “ kata ku setelah melihat dinding besar yang menutupi jalan kami. Aku
panik dan meilhat bahwa vampire itu terus mendekati kami. “Tenang! Ini bukan
jalan buntu !” kata Wade sambil meraba dinding sembari melihat peta. “ Apapun
yang mau kau lakukan, cepatlah!” teriakku, melihatnya meembuka mulut dan
mengarahkan tanganya pada ku. Tapi tiba-tiba aku jatuh kebelakang,dinding di
belakang ku bergerak memutar. Rupanya Wade telah berhasil menemukan semacam
tombol rahasia di dinding tersebut. Aku dapat mendengar suara teriakan vampire
tersebut. “Sepertinya dia sangat marah” ujar ku. “Yeah, tapi ini belum selesai”
balas Wade.
Didepan kami ada jalan bercabang 3 yang semuanya terlihat sama. Wade tampak
sibuk memikirkan jalan sambil terus menunjuk peta.”Mengapa bisa terdapat
labirin mesir didalam kastil prancis ?” ujar ku kesal. “Mungkin agar sang
vampire tidak kehilangan makan malam nya” ujar Wade masih menerawang peta.
“Kurasa kita bisa tenang sekarang ini” ujar ku lega. Tapi tiba-tiba dinding
belakang kami kembali bergerak, dan tentu saja sang vampire kambali muncul
bersama dengan dinding itu. “ Ah sial, tidak bisa kah kita minta ‘time out’
sebentar ?” ujar ku yang sudah lelah berlari.
“Jalan tengah ! Lari!” Ujar Wade tepat waktu, vampire itu melompat mencoba
menangkap kami, tetapi kami sedikit lebih cepat, kami berlari sekencang mungkin
dikejar oleh penghisap darah tersebut. Wade terus mengumpul kan obor yang
menyala ke bawah, apa mungkin vampire takut api ? Kami berhasil menemukan
tangga menuju lantai atas, Wade menjatuhkan semua obor yang dikumpulkanya dan
membakarnya di dekat tangga tersebut sehingga menutupi jalan. Semoga itu bisa
menghambat nya” ujar Wade. Sepertinya benar, vampire itu sudah tidak terlihat
lagi dibelakang kami. Dengan cepat kami berlari menulusuri tangga tersebut. Dan
akhirnya kami menemukan pintu kecil di ujung tangga. Yup pintu keluar.
Pintu kecil itu ternyata salah satu marmel lantai museum. Bisa bisa
nya ada hasl seperti ini di dalam museum terkenal. “Ayo terus lari ! “ ujar ku
kepada Wade, “ Memang itu rencanaku, jam berapa ini ?” tanya Wade kepadaku. Aku
melihat arloji di tangan ku, “ Sebentar lagi matahari akan terbit, memang nya
kenapa ?” jawabku dengan tanya. “Ikuti aku, aku punya rencana.” Kata Wade
dengan suara yang cukup yakin. Kami berlari kebagian perlatan kelemahan
vampire. “Ah sekarang aku mengerti” ujar ku melihat peralatan tersebut. “Oke ?
ikuti instruksi ku, tenang dan dengarkan, sepertinya sebentar lagi dia akan
menyusul kita” kata Wade menjelaskan.
“Kau pasti bercanda“ kata ku sekali lagi setelah mendengar instruksi dari
Wade. “Apa aku masih bisa bercanda disaat seperti ini ? “ katanya sekali lagi.
“Ah baiklah, dan ini harus berhasil” kata ku dengan nada pasrah. Benar saja
kata Wade tadi. Ada seekor kelelawar yang cukup besar mendatangi kami. Yup sang
Vampire telah menyusul kami dengan wujud kelelawar, seperti nya agar terhindar
dari halangan api tadi. Iya kembali berubah ke wujud nya semula, lalu mulai
berlari ke arah kami. “ Ayo kita lakukan” kata Wade dengan nada yakin.
“Hei Jelek ! Sebelah Sini !” Teriak Wade mengejek vampire tersebut, Vampire
tersebut mulai berlari mengejar Wade, Ia lalu berlari ke lorong menuju ruang
tengah, dimana ruangan itu terhubung dengan lorong-lorong yang lain di Museum.
Wade berlari ke arah pintu keluar museum. Vampire tersebut terlihat kaget saat
memasuki ruang tersebut. Yup, sesuai rencana, sepertinya iya sadar bahwa ada
aroma yang sangat iya benci memenuhi ruangan itu. Ya itu adalah bawang putih,
kami menaruh bawang putih untuk menghalangi jalan ke lorong-lorong yang lain.
Sepertinya vampire tersebut berniat kembali, tapi terlambat, aku sudah menaruh
banyak bawang putih di lorong tempat dia keluar tadi. “Sepertinya kau telah
melupakan ku hmm ? Sekarang kau terperangkap !” ujar ku sombong di belakang
bawang putih yang tak bisa di lewatinya, Aku juga mengenakan kalung salib yang
di benci vampire untuk berjaga-berjaga. Sang vampire terpaksa berlari ke arah
pintu keluar tempat Wade berlari. Tetapi sayang sekali, pintu keluar juga telah
di beri banyak sekali bawang putih, lengkap dengan kayu runcing yang kami
temukan di peralatan anti vampire.
Matahari sudah mulai terbit, Sang Vampire yang sudah terkurung tersebut
mulai berteriak kebingungan. Dan lama kelamaan makin hancur terkena sinar
matahari. “Aku tidak pernah merasa diriku pintar, tetapi siapa yang bilang
makhluk yang telah mati memiliki otak ?” kata Wade dengan senyum bangga.
Matahari semakin naik ke atas, teriakan kesakitan sang Vampire mengiringi
kehancuranya, sampai akhirnya dia benar-benar lenyap dihabisi sinar matahari.
“Haah.. Selesai sudah” kataku mendekati Wade, “ Yeah, dengan ini selesai”
katanya dengan lega. “Dari mana kau tau Vampire lemah terhadap sinar matahari
?” tanyaku padanya. “Hei, kelelawar itu makhluk malam bukan ?” ujar nya tersenyum.
“Hei, ngomong-ngomong, aku juga menemukan lowongan pekerjaan untuk menjaga
museum khusus tentang ‘Wolfman’, mau coba ? “
No comments:
Post a Comment